Tuesday, September 24, 2013

Jahanam! Aku perempuan pembunuh…!!!!!!!!




Image taken from  liauprut.wordpress.com






By :




Panggil saja aku Dara,  aku mengenal Rey dari salah seorang sahabat. Parasnya yang manis dan berbadan tegap membuatku jatuh cinta, sejak saat itu pandangan demi pandangan mengalir deras dari pelipis mata kami. Setelah satu bulan kami intens berkomunikasi lewat sms dan telpon, awal bulan kedua Rey mengungkapkan isi hatinya kepadaku. Entah seperti dibius berpuluh jarum suntik akupun tak menolaknya dan malam itu menjadi malam yang sempurna bagiku.



Suatu malam di bukit ilalang kami menghabiskan senja dibalik rerimbunan rumput liar, entah malam itu Rey merayuku dengan alunan suaranya yang membuatku tak berdaya.  Aku tidak tahu bagaimana mulanya. Kudengar napas Rey di telingaku. Entah kekuatan apa yang dia punya, malam itu aku hanya bisa diam, saat kecupnya jelajahi leherku, aku hanya mampu tergetar dan makin memeluknya. Aku menikmati setiap sentuhan-sentuhannya. Jantungku tersentak dan berdenyut kencang, Jari jemarinya perlahan menyentuh setiap jengkal daerah erotisku. tubuhku tersentak oleh denyut jantungku sendiri. Aku terkikis dalam setiap lumatannya. Tuhan malam itu aku serahkan mahkota suciku untuknya.

Aku bukan lagi dara yg lugu, yang selalu bergelanyut manja di lengan bunda. Aku bukan lagi Dara putri bunda yang selalu manja dipangkuannya. Aaahhhhh.. malam itu babak baru dalam kisah ku!
Penyesalanku mengikuti setiap hariku.  God, apa yang sudah aku lakukan?? Dimana Rey sekarang?? Setelah malam itu Rey menghilang. Semua nomer Hand phone yg aku punya tak bisa dihubungi, aku tanyakan ke semua temannya, satupun tak ada yang tahu dimana lelaki itu.
Hatiku hancur, aku hanya bisa managisi kebodohanku, aku terjebak dalam labirin yang aku ciptakan sendiri. Sekarang harus bagaimana?? Menangis dipangkuan bunda untuk hal ini?? Jelas tak mungkin! Terbayang wajah kecewa bunda jika aku ceritakan semua ini. Tidak! Aku takut!

Tuhan…

Aku gelisah, biasanya awal bulan saatnya aku mendapat mentruasiku. Tapi sudah dua minggu beranjak tanda-tandanya pun tak ada!
Bagaimana aku akan mengatakan hal ini jika saja benar ada benih tumbuh dirahimku.
Entah malam ini hatiku bergejolak, beribu pertanyaan hinggap. Akupun berlari menuju apotek dekat rumah untuk membeli test pack, aku HAMIL !! aku HAMIL !! itu kenyataan yg harus aku terima. AKU HAMIL DAN REY RAIB ENTAH DI BELAHAN BUMI SEBELAH MANA LAKI-LAKI ITU SEKARANG BERPIJAK.!

Awal proses aku menjadi seorang PEMBUNUH !
Entah, rasa berdosaku pada bunda, rasa penyesalanku telah menghancurkan hatinya membuatku taat melakukan apa yang bunda mau. Bunda memang lembut, tapi bunda selalu membatu saat jiwanya menyentuh ranah lelaki. Rasa kecewa terhadap  ayah, membuatnya menjagaku ketat dari dunia adam. Dia tak ingin aku alami luka yang sama, hanya itu alasannya.

Aku bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Ingin kuadukan kepada Bunda, menceritakan semuanya, namun aku tidak sanggup untuk melakukannya. Aku tak sanggup menyakiti hati Bunda. Aku tak sanggup membunuh harapan – harapan Bunda terhadapku. Aku tak sanggup melihat linangan air matanya. Oh Tuhan. Aku tak sanggup. Namun, aku lebih tak sanggup lagi kalau aku menghadapi kenyataan ini sendirian.
Dengan perasaan campur aduk, antara takut, sedih dan bimbang, aku memberanikan diri untuk menceritakan semuanya kepada Bunda. Air mata bunda tak terbendung lagi. Aku tak sanggup lagi meneruskan ceritaku, namun Bunda menguatkan aku untuk menyelesaikannya. Dengan terbata bata aku ungkap semua dengan sempurna. Aku lihat Bunda terkulai lemas. Aku menyesal. Benar – benar menyesal, batinku saat itu.
Suasana sempat hening sejenak, sampai Bunda memintaku menggugurkan janin yang sekarang ada di perutku.   Oh Tuhan, benarkah Bunda memintaku  menjadi  PEMBUNUH????


Berbagai perasaan aneh hinggap dalam hatiku waktu aku menginjakkan kaki di ruangan itu. Ruangan yang nantinya akan menjadi tempat eksekusi bagi janinku. Aku datang bersama Bunda. Nampak sekali wajah cemasnya.


Mbah Surti nama dukun itu, mengajakku aku  masuk ke dalam ruang  yang hanya diterangi sebuah lampu minyak kecil. Bau anyir yang tercium dari dalam ruangan itu semakin membuatku merinding dan takut.
Mbah surti memintaku  minum ramuan yang sudah dipersiapkannya. Ramuan itu mempunyai bau yang aneh.  Mual sekali perutku saat aku harus meneguknya. selang beberapa saat, aku merasakan sakit yang luar biasa dalam perutku. Sakit seperti ditusuk – tusuk pisau. Aku mengerang kesakitan. Bunda menangis melihatku kesakitan seperti itu. Makin lama sakit yang kurasakan semakin menjadi, Mbah surti menghampiriku  memegang perutku perlahan, mengurutnya, perlahan lahan. Semakin lama urutan di perutku semakin kuat dan lebih kuat. Aku mengerang kesakitan. Duh, Gusti sakiiiitt… Teramat sangat sakit. Aku mengeluarkan banyak darah, tapi belum selesai mbah surti mengurut perutku. Tidak lama kemudian Mbah Surti memasukkan 3 batang pohon singkong, ke dalam vaginaku. Oh Tuhan. Siksaan apa lagi ini, batinku saat itu. Dengan leluasanya mbah surti memainkan alat eksekusinya ke dalam vaginaku, menembus sampai mengoyak isi rahimku. Sakit yang aku rasakan sudah tidak dapat aku gambarkan lagi. Darah yang keluar kali ini disertai dengan gumpalan daging. Darah yang keluar dari vaginaku semakin banyak. Tidak cukup sampai di situ saja mbak surti menyiksaku. Setelah dia mengeluarkan alat dari vaginaku, mbah surti kembali mengurut perut bagian bawah. Urutan pada perutku kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk mengerang. Tenagaku sudah terkuras habis. Sakit yang kurasakan sudah diambang batas toleransi. Sayup  masih terdengar suara isak tangis Bunda. Namun, semakin lama suara itu semakin menghilang. 



Aku tidak medengar suara apapun!Senyap.. sangat senyap., tubuhku ringan tanpa rasa! Sakit? Dimana kesakitanku?? . Aku lihat Bunda  duduk di sampingku  menangis mengguncang – ngguncang tubuhku, mbah surti  membereskan peralatan yang dipakai dalam pengeksekusian janinku,  aku  melihat darah dan gumpalan daging yang masih segar. Oh Tuhan, aku seorang pembunuh!! .Sesal, sedih dan marah berkecamuk dalam dadaku. Namun  Semua sudah terlambat! Sangat terlambat! Aku telah menjadi jasad.  Ragaku telah berselimut Kafan







No comments:

Post a Comment