Monday, May 21, 2012

Aku Hanya Ingin Anak Darimu...!!!!!!



13257615391797110145
image diambil dari wartanews.com

“Ahhhh….. kamu mirip sekali dengannya. Mirip sekali. Melihatmu dan memelukmu serasa
mengobati rasa kangenku padanya. “


Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Perkenalanku denganmu bagiku merupakan anugrah dari Tuhan yang tak ternilai, walau untuk sebagian orang mungkin sebaliknya. Yahhh…. Apa mau dikata ibarat nasi sudah menjadi bubur, dan mungkin ini merupakan suratan takdir. Aku bisa menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Aku bahagia. Sungguh – sungguh bahagia. Aku bisa memilikimu, walaupun tidak seutuhnya. Yahhh… tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Tepatnya 7  tahun yang lalu. Di saat aku terbius akan kharismamu. Semua berjalan sesuai dengan imajinasiku. Yahhh… sekali lagi, tak ada sesal  dalam sanubariku.
*****
Heemmm…. Menikmati suasana musim semi  di negeri sakura, membuat aku semakin menikmati kehidupanku sekarang ini. Walau tanpa dirimu di sisiku namun ada dia yang mendampingiku sapanjang waktu. Dia yang bisa mengobati  serpihan – serpihan rinduku padamu.
*****
Tuhan memang adil. Aku memang tidak ditakdirkan memilikimu, melainkan aku ditakdirkan untuk memilikinya. Memilikinya sepanjang hidupku dan selalu menjadi milikku. Tuhan memang punya rencana manis untuk hamba – hamba-Nya. Mengenalmu hanyalah perantara semata untuk aku bisa menghadirkan dan memilikinya dalam kehidupanku.
*****
Pertemuan dan perpisahan kita memang sudah aku rencankan sebelumnya. Ibarat sebuah cerita, akulah penulis scenario, pemeran utama sekaligus sutradaranya. Kamu hanyalah pelengkap cerita kehidupanku saja. Takdirlah yang tidak memungkinkanmu di barisan terdepan dalam cerita.
*****
Duduk sambil bercerita dengan dia di taman  merupakan rutinitas setiap musim semi  yang aku lakukan, sambil memandangi  keindahan bunga sakura yang bermekaran dan menikmati sejuknya udara di musim semi yang indah.  Canda dan gurau yang dia lontarkan ke aku membuatku semakin bersyukur betapa beruntungnya aku bisa bertemu denganmu, walaupun aku tidak bisa memilikimu. Tatapan mata elangnya mengingatkanku pada sosok berangmu. Dia memang sempurna untukku saat ini dan untuk selamanya. Tak jemu aku memandangi dia yang berada di sampingku sambil sesekali dia tertawa kegirangan. Oh sayang…. Betapa Tuhan begitu baik menganugerahkan dia padaku.


“ Naze watashi no chichi ga inai no ka?” tanyamu tiba – tiba dengan bahasa yang masih cadel khas anak  kecil. (Arti = Ma, aku kok ngga punya Papa? ).

“Soremo anata no chichi wa tengoku ni imasu. “ Jawabku sambil memelukmu
(Arti = Papamu sudah di surga, Nak )


Setelah sekian lama, pertanyaan yang kukhawatirkan meluncur juga dari bibir mungil anakku. Yah.. anakku, anak semata wayang, yang aku dapat darimu. Anak semata wayang yang aku impikan semenjak aku bertemu denganmu tujuh tahun yang lalu. Semua sesuai dengan skenarioku. Aku hanya menginginkan anak darimu, sayang. Tidak lebih. Aku tidak ingin menghancurkan keharmonisan keluargamu, walaupun aku tahu kamu mencintaiku. Tidak pula aku membohongi diriku sendiri bahwa jauh di dalam hatiku aku begitu mengharapkanmu mendampingi hari – hariku. Ahhh…. Aku tahu sedari awal hubungan kita hal yang tidak mungkin terwujud dalam lembaran kasih yang sah, untuk itulah aku hanya ingin hasil hubungan kita membuahkan hal yang indah untuk diriku. Seorang anak darimu. Lebih dari cukup untukku. Sengaja aku menyembunyikan hal ini bertahun – tahun darimu, namun ketika aku mencoba untuk membagi cerita denganmu, betapa terkejutnya diriku waktu aku mendengar kabar kamu telah meninggal setahun yang lalu. Sama terkejutnya ketika anakku, anak kita menanyakan tentang keberadaanmu.
*****
Musim semi yang  selalu kulewati dengan penuh keceriaan, kali ini aku melewatinya dengan penuh keharuan. Kupandangi wajah anak semata wayangku di sebelahku, sambil aku bergumam  “Ahhhh….. kamu mirip sekali dengannya. Mirip sekali. Melihatmu dan memlukmu serasa mengobati rasa kangenku padanya. “

Sunday, May 20, 2012

[Ramen] Di Ujung Rindu



image dari abipiliang.blogspot.com






Aciek Rangkat No : 7

Berjalan menyisiri pematang sawah di desa Rangkat  sambil menikmati hangatnya sang surya menyinari wajahku sungguh hal yang sangat luar biasa bagiku. Bisa merasakan sejuknya udara di kala pagi hari, semilirnya angin sepoi – sepoi adalah sesuatu hal yang sudah sejak lama tidak kulakukan.  Kesibukanku di desa sebelah sebagai tenaga pengajar membuatku harus merelakan semua hal indah yang sering aku lakukan di desa ini. Arrgghhh…. Tidak terasa sudah hampir setahun aku tidak mengunjungi Mommy, Cici Jingga sama Papi. Kerjaanku di desa sebelah sungguh menyita waktuku. Dan atas keinginanku sendiri aku berkutat dengan waktu yang tanpa henti, hanya sekedar untuk melupakan sepenggal kasih yang terkoyak bersama paman petani.