Wednesday, November 13, 2013

Erlina #6

1381842437765562112
Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com


“Woiiiii, jelek banget sih mukamu, melongo kayak gitu. Hahahahahha.  Kenapa sih, Non, liatin aku kayak liat hantu aja.” Ucap Wilsa seraya mengusap - usap kepala Erlina.

” Wil, barusan aku liat kamu masuk toilet, Pria. Apa ga salah tuh?” tanya Erlina masih dengan wajah bingungnya.

“Well, look at me, dear? Liat dengan seksama. Apa pendapatmu?” tanya Wilsa sambil berputar di depan Erlina seolah ingin menunjukkan perubahan yang ada pada dirinya.

Berulang kali  Erlina memandang Wilsa, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ada yang beda memang, batin Erlina. Tapi dia sulit untuk menggambarkannya. Hanya terbesit satu kata di benak Erlina. Tampan.  Yahh..Wilsa keliatan  tampan, layaknya pria sungguhan. Tidak tampak sedikitpun kalau Wilsa itu seorang perempuan. Orang lain pasti akan mengira kalau ia adalah seorang pria tulen, tanpa cacat.

“Hemm, sepertinya otakmu agak lemot neh, Er. Okelah, kita cabut dulu aja deh dari sini, ntar aku jelasin pelan - pelan.”

Sepanjang perjalanan naik taksi menuju rumah kontrakan Wilsa, Erlina lebih banyak diam mendengar semua cerita Wilsa. Mulai dari dia terus terang tentang perasaanya ke Erlina, hingga keputusannya untuk operasi kelamin. Erlina tak mampu berucap sepatah katapun. Wilsa pun membiarkan Erlina diam dengan kebisuannya. Membiarkan otaknya mencerna secara perlahan cerita yang disampaikan Wilsa ke Erlina.

“Well, jadi, begitulah Er. Seperti yang pernah aku bilang ke kamu waktu itu, aku terjebak di raga seorang perempuan. Dan itu sangat menyiksaku. Butuh pemikiran lama memang aku memutuskan untuk operasi kelamin. Banyak resiko yang nantinya bakal aku hadapi. Cemooh dan cibiran dari orang salah satunya.  Entah dengan cara apa aku nantinya akan menjelaskan ke keluargaku, tentang keadaanku sekarang. Keluargaku memang sangat demokratis, tapi aku tidak bisa menjamin tentang hal ini. Apakah mereka bisa menerima atau tidak. Dan sekarang, kamu bisa kok mencintai aku selayaknya seorang pria dan wanita. Hahahahahhaha ” jelas Wilsa sambil mencubit pipi Erlina yang duduk di sebelahnya.
Erlina hanya tersenyum kecil, mendengar candaan yang dilontarkan Wilsa.

***
Rumah kontrakan Wilsa terbilang kecil. Apalagi di sana sini terlihat tumpukan buku, terlihat semakin sumpek. Tadinya Erlina berencana menginap di hotel, selama liburan di Jepang, karena takut menganggu Wilsa yang sedang berkutat dengan thesisnya. Namun, serta  merta Wilsa melarang. Wilsa justru merasa senang dengan keberadaan Erlina di rumah kontrakannya.  Penambah semangat. Begitulah alasan Wilsa melarang Erlina menginap di Hotel.

Hari  demi hari dilalui Erlina dengan sangat bahagia,  selama liburanya di Jepang. Ia merasa begitu nyaman berada di samping Wilsa. Tak ada rasa risih sedikitpun seperti yang Ia rasakan sebelumnya.  Pun ketika, tiba - tiba Wilsa mencium bibir Erlina dengan lembut. Tak ada penolakan sedikitpun dari Erlina. Bahkan terlihat Erlina sangat menikmatinya.

“Jangan panggil aku dengan Wilsa. Wilsa adalah masa laluku, masa lalu kita. Willy. Yah, panggil aku dengan sebutan Willy. ” Bisik Wilsa lembut  ke telinga Erlina.
Erlina pun menenggelamkan tubuhnya ke pelukan Willy . Kehangatan yang diberikan Willy membuat Erlina yakin bahwa seseorang yang selama ini ia cari adalah Willy.

***

“Jadi, sudah yakin neh, aku tambatan terakhir hatimu? Aku masih belum mapan lho, Er. Thesis aja belum kelar. Kalau pak Amin kan sudah mapan. Paket hemat lagi. Dapat suami plus anak. Hahahhahaha ” goda Willy seraya menikmati teh hangat di beranda rumahnya. 

Mendengar candaan Willy, Erlina hanya tertawa sambil bergelayut manja di bahu Willy.
Tak ada lagi yang disembunyikan Erlina tentang kehidupan pribadinya . Mulai dari pertemuannya yang tidak sengaja dengan Rido di bandara, sampai pak Amin yang memintanya menjadi istrinya. Semua sudah diceritakan dengan gamblang tanpa kurang sedikitpun. Willy pun menanggapinya dengan bijak. Bahkan Willy masih sempat  menyarankan Erlina untuk bisa mencari pria yang bener - bener normal, tidak seperti dirinya. Namun, cinta sudah membutakan logika Erlina.  Erlina sudah memantapkan hati dan pilihannya ke Willy, apapun konsekuensinya.  Erlina hanya butuh Willy seorang di dekatnya. Saat ini dan untuk selamanya. Sepulang dari liburannya, Erlina akan menceritakan semuanya ke keluarganya sekaligus ke Pak Amin, itu yang ada di benak Erlina.

***
Sore itu begitu syahdu. Hanya keheningan yang tercipta di sela - sela pohon kamboja. Rintik hujan yang turun membuat suasana sore terlihat lebih  sendu dari biasanya, seakan tahu kepedihan hati Willy saat itu.  Hanya tinggal willy sendirian yang masih duduk terpaku menatap hamburan bunga mawar di atas gundukan tanah yang masih basah. Begitu cepat Tuhan merenggut kebahagiaan yang baru ia reguk. Baru setetes embun kebahagiaan yang ia rasakan. Yah… Tuhan sepertinya tidak rela Willy menikmati embun itu selamanya. Tuhan mungkin murka, sampai tega mengambil embun kebahagian darinya untuk selamanya.

“Erlina sayang, maafkan aku. Kalau saja aku tidak memintamu ke Jepang untuk berlibur, mungkin kamu tidak akan secepat ini menghuni rumah masa depanmu. Maafkan aku, sayang.” Gumam Willy penuh penyesalan.  Dipandanginya nisan yang ada di depannya. Seolah tak percaya dengan tulisan yang tertera Erlina Wulandari. Lahir 25 Juli 1982. Meninggal 13 Oktober 2013.
***
Kecelakaan pesawat telah merenggut nyawa Erlina sewaktu penerbangan pulang,  dari Tokyo, Jepang ke Jakarta.  Hasil investigasi, diketahui bahwa kecelakaan pesawat yang membawa Erlina terbang dari Jepang pulang ke Indonesia terjadi karena  adanya  benda asing yang masuk ke baling - baling pesawat atau dikenal dengan istilah koba, yang menyebabakan pesawat mengalami gangguan keseimbangan. Bagai petir menyambar di siang bolong, Willy hampir tak percaya ketika melihat berita di televisi, sampai dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, gundukan tanah basah bertabur bunga dan nisan tertera nama Erlina. Yah, Erlina Wulandari, sahabat karib sekaligus kekasih hatinya.

“Semoga kamu tenang dan nyaman di rumah barumu, sayang. Doaku selalu menyertaimu. ” ucap willy sambil mencium  nisan Erlina.




T.A.M.A.T

No comments:

Post a Comment