Wednesday, November 13, 2013

Erlina #1

1381649869994538306
Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com


Sakit itu begitu membekas di hati Erlina. Bagaimana tidak, harapan dan impian sudah ia gantungkan setinggi langit kepada pria pujaan hatinya, Rido. Segala persiapan pun telah matang. Undangan pernikahan pun juga sudah beredar. Fitting baju pengantin pun juga hampir selesai. Semua persiapan sudah sempurna. Wajah Erlina pun terlihat sumngringah beberapa hari menjelang pesta pernikahannya dengan Rido. Hari - hari indah akan dilewati bersama Rido, Pria pujaan hatinya batinnya saat itu. Rido adalah pelabuhan terakhir Erlina, setelah sempat mengalami jatuh bangun dalam menjaliin hubungan dengan beberapa pria. Ridolah yang sanggup membuat Erlina bangkit dari keterpurukan cinta. Performa Rido memang sempurna. Bukan tipikal orang yang mempunyai wajah tampan, namun, Rido tergolong pria kharismatik dan menarik. Hal itu yang membuat Erlina menambatkan hati dan menggantungkan segala harapan masa depan bersama Rido.  Namun, suratan takdir berkata lain. Tuhan pun tidak bersambut dengan rajutan tali kasih asmara antara Erlina dengan Rido. Tepat sehari sebelum acara akad nikah digelar, tanpa alasan yang jelas, Rido membatalkan semuanya. Yahh, Rido membatalkan rencana pernikahan mereka. Malam sebelum akad nikah digelar, Rido datang ke rumah Erlina, mengutarakan maksud pembataan pernikahan  tersebut.  Alasan yang disampaikannya pun tidak masuk akal. Belum siap dengan segala resiko yang terjadi apabila nanti sudah berumah tangga. Alasan yang menurut Erlina sangat dibuat - buat. Perasaan marah, geram, sakit, sedih campur aduk di hati Erlina.  Keluarga Erlina pun tidak terima dengan pembatalan secara sepihak dari Rido. Harga diri mereka serasa diinjak - injak oleh ulah Rido. Sempat hampir terjadi pertengkaran hebat antara Rido dan Papa Erlina.  Untungnya, hal itu bisa diredam, dan tidak sampai terjadi adu fisik antara Rido dengan papa Erlina. Setelah suasana ketegangan cukup mereda, Rido minta izin papa Erlina untuk bisa berbicara empat mata dengan Erlina.

“Maafkan aku, Er. Alasanku mungkin tidak masuk akal. Tapi memang begitulah adanya. Berat memang aku membatalkan rencana pernikahan kita, tapi aku harus melakukannya. Aku tidak bisa. Aku tidak ingin menyakiti hatimu, kelak. Suatu saat kamu pasti akan mengerti. ” jelas Rido tanpa mampu menatap Erlina. Perasaan bersalah terlihat jelas di raut muka Rido.

Erlina adalah perempuan yang tegar, sepahit apapun masalah yang merundung dalam kehidupannya, ia tidak pernah terlihat rapuh di hadapan orang - orang. Pun, ketika ia menghadapi kegagalan pernikahannya dengan Rido. Penuh ketenangan Erlina menghadapi Rido saat itu. Tidak banyak kata yang terucap oleh Erlina ketika Rido memberikan penjelasan.

“Terus terang, aku butuh penjelasan dari yang sekedar kamu utarakan tadi sama keluargaku, Mas. Maafmu mungkin tidak cukup untuk harga diri keluargaku yang sudah kamu injak - injak. Harusnya besok, kita sudah duduk di pelaminan mas, tapi kamu menghancurkan semuanya dengan alasan bodohmu itu.!!!!”  Suara Erlina mulai meninggi menahan emosi yang sedari tadi dia pendam.

“Tapi, ya sudahlah. Aku juga tidak bisa memaksakan kehendakku. Tapi, aku yakin, bukan alasan itu sebenarnya yang membuatmu membatalkan rencana pernikahan kita. Beberapa minggu menjelang pernikahan kita, aku merasakan ada hal yang aneh dalam dirimu, Mas. Tapi entah, aku pun tidak bisa mengartikannya. ” ucap Erlina penuh selidik menatap tajam ke arah Rido.

“Sekali lagi aku minta maaf, Er. Suatu saat kamu pasti mengerti alasanku. Saat ini aku belum bisa bercerita banyak kepadamu. Aku harap kamu bisa mengerti akan hal ini. Ada hal yang perlu kamu tahu. Aku sudah dicoret dari daftar keluargaku, Er. Itulah kenapa aku datang hanya seorang diri, tanpa didampingi keluargaku. Sama halnya dengan kelurgamu, keluargaku juga tidak bisa menerima keputusan mendadak yang aku ambil. Papa sama Mamaku sudah tidak mau lagi menganggap aku anak. Aku sudah diusir dari rumah tiga hari lalu, Er. ” penjelasan Rido barusan membuat Erlina kaget, dan sedikit merasa iba. Namun, hal itu tidak dengan mudah menghilangkan sakit hati  Erlina.  Erlina butuh waktu untuk memulihkan kestabilan emosinya.

“Aku masih sayang padamu, Er. Terserah, kamu mengartikan apa ucapan aku barusan. Yang jelas, rasa sayang itu masih aku simpan rapi dalam hatiku. Suatu saat nanti, entah kapan, kamu akan tahu dan mengerti kenapa aku membatalkan rencana pernikahan kita. ” Ucap Rido, sebelum pamit dan beranjak pergi dari rumah Erlina.
Tidak bergeming sedikitpun Erlina dengan ucapan terakhir Rido. Erlina hanya menatap nanar kearah Rido, dan membiarakannya pergi tanpa sepatah kata pun.

“Sikapmu terlihat aneh beberapa minggu terakhir ini, Mas. Semenjak kepulanganmu dari Singapura, kamu terlihat beda. Bukan seperti Rido yang aku kenal sebelumnya.” Gumam Erlina kepada dirinya sendiri, sepeninggal Rido dari rumahnya.



Bersambung 

No comments:

Post a Comment