Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com
Sudah hampir jam 2 malam, mata Erlina
masih belum bisa terpejam. Bayangan Wilsa, sahabat karibnya dan pak
Amin, bergantian berjalan - jalan tak menentu di benaknya. Entah apa
yang dirasakan Erlina saat ini. Yang jelas, hanya Wilsa yang dibutuhkan
Erlina saat ini. Dipandanginya layar BB yang ada di tangannya. BBM dari
wilsa pun masih tersimpan. Semenjak Wilsa sampai di Tokyo, Jepang,
Erlina tidak pernah membalas BBM maupun email dari Wilsa. Butuh waktu
yang cukup lama memang untuk membuat Erlina tersadar dan menghadapi
kenyataan, bahwa Wilsa punya disorientasi seksual. Namun, pada
akhirnya, seiring berjalannya waktu, Erlina bisa menerima keadaan itu.
Apa kabar, Wil,
kamu di sana? Semoga kamu dalam keadaan baik, tak kurang suatu apapun.
Maaf, baru sekarang aku kasih kabar balik ke kamu. Aku butuh waktu untuk
menerima semuanya, Wil. Kuharap kamu mengerti. Terasa sesak, begitu
tahu kamu nodai persahabatan kita yang tulus ini.namun, apa boleh di
kata, kenyataan berkata seperti itu. Aku yang harus bijak menyikapinya.
Dan aku sudah bisa menerima apapun keadaanmu.
Terasa kaku, bbm yang dikirim Erlina ke Wilsa. Tidak seperti biasa ketika dua sahabat itu berbalas - balasan pesan.
Sepuluh menit, 30 menit, dan hampir dua jam sampai Erlina tertidur, belum ada balasan juga dari Wilsa.
Ada perasaan sedih, ketika Erlina bangun
tidur, melihat layar BBnya tidak ada balasan dari Wilsa. Perasaan
khawatir seketika menyeruak di dada Erlina.
“Are you fine, Will out there? Don’t make me worry bout you, Wil” Gumam Erlina pada dirinya sendiri sambil menatap layar BBnya.
***
Pagi itu hari yang tak bersemangat buat
Erlina berangkat ke kantor. Terbayang olehnya, pertemuan dengan pak Amin
pasti akan terlihat canggung setelah pak Amin mengutarakan maksud
hatinya. Erlina pun masih bimbang dan ragu akan perasaannya terhadap
bosnya itu. Tak dipungkiri oleh Erlina,ada kenyamanan ketika berada di
dekat pak Amin. Entah kenyamanan seperti apa yang dirasakan Erlina, ia
sendiri pun sulit untuk menggambarkannya.
Di ruang kerjanya, Erlina terlihat lesu.
Matanya melihat kea rah layar computer, namun pikirannya entah ke mana.
Pak Amin pun juga belum kelihatan di ruangannya. Tidak seperti biasanya
pak Amin jam 10 belum datang. Tiba - tiba bunyi telpon membuyarkan
lamunan Erlina.
“Er, maaf, bapak ga
ngasih tau kamu. Bapak juga dadakan ini. Ada masalah sedikit di kantor
cabang kita yang ada di Surabaya. Dirut minta bapak untuk mewakilinya
hadir, karena beliau juga ada pertemuan dengan investor di Singapura.
Bapak minta kamu handle kantor dulu ya, selama bapak di Surabaya. Mudah -
mudahan ga sampai 2 hari dah kelar. Oke, Er. Take care di sana ya. Nih,
bapak dah mau boarding.” Pak amin mengkahiri percakapan lewat
teleponnya.
Kembali berkutat dengan layar computer,
Erlina masih belum bisa fokus dengan kerjaannya. Berkali - kali dia
melihat BBnya, berharap ada balasan BBM dari Wilsa.
“Tidak seperti biasanya, Wilsa tidak
membalas bbmku seperti ini. Apa dia dah ga mau kontak sama aku lagi,
karena pesan - pesan dia ga pernah aku balas?” gumam Erlina.
Tidak ada satupun kerjaan Erlina yang
beres sampai jam makan siang itu. E rlina benar - benar tidak bisa
konsentrasi dengan kerjaannya. Hanya Wilsa yang ada dalam pikirannya
saat ini. Kekuatiran yang teramat sangat. Itulah yang dirasakan saat itu
oleh Erlina. Ketika hendak beranjak keluar dari ruang kerjanya, tiba -
tiba ada bunyi pesan di BBnya.
Hiiii Dear,
finally. You have made me worry, dear. Sorry, ya baru bisa bales Er. Aku
habis sakit Er. tapi gpp kok. Don’t you worry. I’m oke right now.
Apalagi setelah dapat bbm dari kamu, berasa langsung sehat aku.
Hahahhahahaha. Well, kamu apa kabar di sana??? Sehat juga kan? Kirain
kamu bakalan marah sampai kiamat, pesan - pesanku ga pernah dibalas.
Hehehehehe, eh taunya, nona Erlina ngubungi juga. Pasti kangen kan kamu
sama aku, hayooo ngakuuu…. Hahahahhha. Eh, thesisku dah hampir selesai.
Kamu ke sini gih, main - main. Ambil cuti kek seminggu. Lagi musim
gugur lho. Bagus banget dah. Kutunggu ya, dear.
Tersenyum penuh arti ketika Erlina baca
bbm dari Wilsa. Rasa kuatirnya terkikis sudah. Lega yang dirasa Erlina
sekarang, ketika tahu kabar wilsa baik -baik saja. Tawaran liburan Wilsa
ke Jepang, membuat Erlina putar balik tidak jadi keluar untuk makan
siang. Tanpa pikir panjang, Erlina langsung mencari penerbangan ke
Jepang untuk hari minggu. Cuti. Menenangkan pikiran sejenak, dan melepas
kangen dengan sahabatnya, itulah yang saat ini ia butuhkan. Batin
Erlina penuh semangat. Erlina akan memberitahukan rencana cutinya itu ke
pak Amin, segera setelah pak Amin kembali dari Surabaya. Erlina
tersenyum riang, begitu melihat hasil print out booking penerbangannya
ke Jepang sudah ada dalam genggamannya.
Menunggu hari Minggu tiba, hal yang
paling membuat Erlina tak sabar. Waktu berputar terasa lama bagi Erlina.
Padahal hari Minggu tinggal dua hari, namun bagi Erlina serasa dua
minggu.
***
Pengajuan cuti dan lain - lainnya sudah
dipersiapkan dengan baik. Ijin cuti secara lisan sudah diutarakan Erlina
ke pak Amin lewat telfon. Ingin menenangkan diri. Itulah alasan
Erlina ke pak Amin. Dan pak amin pun, amat sangat mengerti dengan alasan
yang disampaikan Erlina. Tanpa banyak komentar, pak Amin menyetujui
cuti yang diajukan Erlina.
Sehari sebelum cuti, Erlina pulang larut
malam. Hal ini karena, selain harus menyelesaikan beberapa pekerjaan
sebelum kebernagkatannya, juga menghandle sedikit kerjaan Pak amin.
Kepulangan Pak amin molor 3 hari dari jadwal sebelumnya. Hal ini berarti
Erlina tidak bisa berpamitan langsung dengan bosnya itu. Untung, Cuti
Erlina di acc walaupun lewat telfon.
Aku jadi ambil cuti, Wil. Besok aku berangkat ke Jepang. Pesawatku jam 21.55 WIB dari Jakarta. Naik Japan Air Lines JL726.
Pesan singkat lewat bbm Erlina kirim
ke Wilsa. Sengaja mendadak Erlina kasih kabar ke Wilsa. Surprise. Hal
itu yang ingin Erlina berikan ke Wilsa. Sebuah kejutan hangat dengan
kedatangganya ke Jepang.
Pesawat landing dengan sempurna. Tepat
jam 07.25 waktu Jepang Erlina tiba di bandara Narita Tokyo, Jepang.
Penerbangan yang sangat melelahkan. Hampir tujuh jam Erlina berada di
pesawat. Selesai mengambil bagasi, Erlina langsung meluncur ke luar
bandara. Tak sabar ingin segera bertemu dengan Wilsa. Mata Erlina
menjelajah diantara lautan manusia di bandara itu mencari sesosok
Wilsa. Bbm wilsa terkahir sebelum Erlina berangkat,cuma memberitahukan
kalau Erlina akan sedikit pangling dengan penampilannya sekarang.
“Nihon e yokoso honey (Selamat datang di
Jepang, sayang) ” Suara yang tak asing lagi terdengar di telinga
Erlina. Seketika itu, Erlina membalikkan badannya dan langsung memeluk
Wilsa.
“Wilsaaaaaa!!!!! Aku kangen banget sama kamuuuuuu!!!!!
“Iya iya, aku tahu kok, kalo kamu kangen
sama aku, buktinya, kamu bela - belain datang ke sini kan,
hahahahahhaha” candaan Wilsa tidak pernah berubah tiap kali menggoda
Erlina.
Saking senangnya, Erlina tidak sempat
memperhatikan perubahan yang ada di Wilsa, sampai Erlina sadar ketika
Wilsa pamit ke toilet, bukannya masuk ke toilet perempuan, melainkan
masuk ke toilet pria.
Bersambung......
No comments:
Post a Comment