Wednesday, November 13, 2013

Erlina #5


1381842437765562112
Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com

Sudah hampir jam 2 malam, mata Erlina masih belum bisa terpejam. Bayangan Wilsa, sahabat karibnya dan pak Amin, bergantian berjalan - jalan tak menentu di benaknya. Entah apa yang dirasakan Erlina saat ini. Yang jelas, hanya Wilsa yang dibutuhkan Erlina saat ini. Dipandanginya layar BB yang ada di tangannya. BBM dari wilsa pun masih tersimpan. Semenjak Wilsa sampai di Tokyo, Jepang, Erlina tidak pernah membalas BBM maupun email dari Wilsa. Butuh waktu yang cukup lama memang untuk membuat Erlina tersadar dan menghadapi kenyataan, bahwa Wilsa punya  disorientasi seksual. Namun, pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, Erlina bisa menerima keadaan itu.

Apa kabar, Wil, kamu di sana? Semoga kamu dalam keadaan baik, tak kurang suatu apapun. Maaf, baru sekarang aku kasih kabar balik ke kamu. Aku butuh waktu untuk menerima semuanya, Wil. Kuharap kamu mengerti. Terasa sesak, begitu tahu kamu  nodai persahabatan kita yang tulus ini.namun, apa boleh di kata, kenyataan berkata seperti itu. Aku yang harus bijak menyikapinya. Dan aku sudah bisa menerima apapun keadaanmu. 

Terasa kaku, bbm yang dikirim Erlina ke Wilsa. Tidak seperti biasa ketika dua sahabat itu berbalas - balasan  pesan.
Sepuluh menit, 30 menit,  dan hampir dua jam sampai Erlina tertidur, belum ada balasan juga dari Wilsa.
Ada perasaan sedih, ketika Erlina bangun tidur, melihat layar BBnya tidak ada balasan dari Wilsa. Perasaan khawatir seketika menyeruak di dada Erlina.

“Are you fine, Will out there? Don’t make me worry bout you, Wil” Gumam Erlina pada dirinya sendiri sambil menatap layar BBnya.
***
Pagi itu hari yang tak bersemangat buat Erlina berangkat ke kantor. Terbayang olehnya, pertemuan dengan pak Amin pasti akan terlihat canggung setelah pak Amin mengutarakan maksud hatinya. Erlina pun masih bimbang dan ragu akan perasaannya terhadap bosnya itu. Tak dipungkiri oleh Erlina,ada kenyamanan ketika  berada di dekat pak Amin. Entah kenyamanan seperti apa yang dirasakan Erlina, ia sendiri pun sulit untuk menggambarkannya.

Di ruang kerjanya, Erlina terlihat lesu. Matanya melihat kea rah layar computer, namun pikirannya entah ke mana. Pak Amin pun juga belum kelihatan di ruangannya. Tidak seperti biasanya pak Amin jam 10 belum datang. Tiba - tiba bunyi telpon membuyarkan lamunan Erlina.

“Er, maaf, bapak ga ngasih tau kamu. Bapak juga dadakan ini. Ada masalah sedikit di kantor cabang kita yang ada di Surabaya. Dirut minta bapak untuk mewakilinya hadir, karena beliau juga ada pertemuan dengan investor di Singapura. Bapak minta kamu handle kantor dulu ya, selama bapak di Surabaya. Mudah - mudahan ga sampai 2 hari dah kelar. Oke, Er. Take care di sana ya. Nih, bapak dah mau boarding.” Pak amin mengkahiri percakapan lewat teleponnya.

Kembali berkutat dengan layar computer, Erlina masih belum bisa fokus dengan kerjaannya. Berkali - kali dia melihat BBnya, berharap ada balasan BBM dari Wilsa.

“Tidak seperti biasanya, Wilsa tidak membalas bbmku seperti ini. Apa dia dah ga mau kontak sama aku lagi, karena pesan - pesan dia ga pernah aku balas?” gumam Erlina.
Tidak ada satupun kerjaan Erlina yang beres sampai jam makan siang itu. E rlina benar - benar tidak bisa konsentrasi dengan kerjaannya. Hanya Wilsa yang ada dalam pikirannya saat ini. Kekuatiran yang teramat sangat. Itulah yang dirasakan saat itu oleh Erlina. Ketika hendak beranjak keluar dari ruang kerjanya, tiba - tiba ada bunyi pesan di BBnya.

Hiiii Dear, finally. You have made me worry, dear. Sorry, ya baru bisa bales Er. Aku habis sakit Er. tapi gpp kok. Don’t you worry. I’m oke right now. Apalagi setelah dapat bbm dari kamu, berasa langsung sehat aku. Hahahhahahaha. Well, kamu apa kabar di sana??? Sehat juga kan? Kirain kamu bakalan marah sampai kiamat, pesan - pesanku ga pernah dibalas. Hehehehehe, eh taunya, nona Erlina ngubungi juga. Pasti kangen kan kamu sama aku, hayooo ngakuuu…. Hahahahhha. Eh, thesisku dah hampir selesai. Kamu ke sini gih, main - main. Ambil cuti kek seminggu. Lagi musim  gugur   lho. Bagus banget dah. Kutunggu ya, dear.

Tersenyum penuh arti ketika Erlina baca bbm dari Wilsa. Rasa kuatirnya terkikis sudah. Lega yang dirasa Erlina sekarang, ketika tahu kabar wilsa baik -baik saja. Tawaran liburan Wilsa ke Jepang, membuat Erlina putar balik tidak  jadi keluar untuk makan siang. Tanpa pikir panjang, Erlina langsung mencari penerbangan ke Jepang untuk hari minggu. Cuti. Menenangkan pikiran sejenak, dan melepas kangen dengan sahabatnya, itulah yang saat ini ia butuhkan. Batin Erlina penuh semangat. Erlina akan memberitahukan rencana cutinya itu ke pak Amin, segera setelah pak Amin kembali dari Surabaya. Erlina tersenyum riang, begitu melihat hasil print out booking penerbangannya ke Jepang sudah ada dalam genggamannya.

Menunggu hari Minggu tiba, hal yang paling membuat Erlina tak sabar. Waktu berputar terasa lama bagi Erlina. Padahal hari Minggu tinggal dua hari, namun bagi Erlina serasa dua minggu.
***
Pengajuan cuti dan lain - lainnya sudah dipersiapkan dengan baik. Ijin cuti secara lisan sudah diutarakan Erlina ke pak Amin lewat telfon.   Ingin menenangkan diri. Itulah alasan Erlina ke pak Amin. Dan pak amin pun, amat sangat mengerti dengan alasan yang disampaikan Erlina. Tanpa banyak komentar, pak Amin menyetujui cuti yang diajukan Erlina.
Sehari sebelum cuti, Erlina pulang larut malam. Hal ini karena, selain harus menyelesaikan beberapa  pekerjaan sebelum kebernagkatannya, juga menghandle sedikit kerjaan Pak amin. Kepulangan Pak amin molor 3 hari dari jadwal sebelumnya. Hal ini berarti Erlina tidak bisa berpamitan langsung dengan bosnya itu. Untung, Cuti Erlina di acc walaupun lewat telfon.

Aku jadi ambil cuti, Wil. Besok aku berangkat ke Jepang. Pesawatku jam 21.55  WIB dari Jakarta. Naik Japan Air Lines JL726. 

Pesan singkat lewat bbm Erlina  kirim  ke Wilsa. Sengaja mendadak Erlina kasih kabar ke Wilsa. Surprise. Hal itu yang ingin Erlina berikan ke Wilsa. Sebuah kejutan hangat dengan kedatangganya ke Jepang.

Pesawat landing dengan sempurna. Tepat jam 07.25  waktu Jepang Erlina tiba di bandara Narita Tokyo, Jepang. Penerbangan yang sangat melelahkan. Hampir tujuh jam Erlina berada di pesawat.  Selesai mengambil bagasi, Erlina langsung meluncur ke luar bandara. Tak sabar ingin segera bertemu dengan Wilsa. Mata Erlina menjelajah diantara lautan manusia  di bandara itu  mencari sesosok Wilsa. Bbm wilsa terkahir sebelum Erlina berangkat,cuma memberitahukan kalau Erlina akan sedikit pangling dengan penampilannya sekarang.

“Nihon e yokoso honey (Selamat datang di Jepang, sayang) ” Suara yang tak asing lagi  terdengar di telinga Erlina. Seketika itu, Erlina membalikkan badannya dan langsung memeluk Wilsa.

“Wilsaaaaaa!!!!! Aku kangen banget sama kamuuuuuu!!!!!

“Iya iya, aku tahu kok, kalo kamu kangen sama aku, buktinya, kamu bela - belain datang ke sini kan, hahahahahhaha” candaan Wilsa tidak pernah berubah tiap kali menggoda Erlina.

Saking senangnya, Erlina tidak sempat memperhatikan perubahan yang ada di Wilsa, sampai Erlina sadar ketika Wilsa pamit ke toilet, bukannya masuk ke toilet perempuan, melainkan masuk ke toilet pria.



Bersambung......

No comments:

Post a Comment